Thursday, November 08, 2007

Penelitian Gambar Diam

Definisi dan Latar Belakang

Visual adalah apapun yang dilihat melalui mata. Gambar diam adalah salah satu tipe dari visual; lebih spesifik lagi, gambar diam adalah gambar tangan, lukisan, potret, atau foto (Funk & Wagnall, 1968). Tujuan utama penggunaannya dalam pendidikan adalah untuk berkomunikasi. Detailnya, gambar diam digunakan untuk menyediakan informasi, dan seringnya untuk memperkuat informasi verbal. Suatu gambar tersusun dari elemen-elemen desain; diantaranya, garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna.
Berdasarkan teori komunikasi, terdapat beberapa prinsip dalam meletakkan elemen desain, diantaranya:
1.Keseimbangan; yaitu berat elemen desain dalam satu halaman.
a.Keseimbangan simetris; kedua sisi halaman terdiri dari jumlah dan ukuran elemen
yang sama
b.Keseimbangan asimetris; elemen-elemen di kedua sisi tidak sama.
Elemen-elemen tersebut dalam satu halaman harus disusun sedemikian rupa untuk
menciptakan kesetimbangan.
2.Persatuan; yaitu menciptakan hubungan antara seluruh elemen dalam suatu visual,
sehingga terlihat berfungsi secara bersamaan
3.Tekanan; konsep terpenting dalam berkomunikasi, yaitu menempatkan elemen-elemen
desain tersebut ditempat dimana ia akan terlihat sebagai pusat ketertarikan dan
perhatian.

Ilustrasi dapat didefinisikan sebagai gambar, diagram, atau peta yang digunakan untuk menjelaskan suatu ide atau konsep. Ilustrasi visual dapat menampilkan level yang berbeda dari kenyataan. Oleh karenanya, gambar diam dapat didefinisikan melalui tingkat realitas yang ditampilkan.

Ilustrasi Visual: Abstrak Vs Realistik

Berikut adalah beberapa contoh hasil penelitian yang dilakukan untuk mengukur efek ingatan dari gambar dan gambar yang disertai informasi verbal.
1.Cody (1982) melakukan penelitian berupa tes untuk mengetahui efek dari materi
dengan format simbolis terhadap ingatan jangka pendek dan jangka panjang. Cody
menyimpulkan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi ingatan adalah tipe segi
yang di-encode bukan jumlah caranya di-encode. Sebagian ingatan dapat mencirikan
karakteristik dari isyarat visual yang di-encode. Dia juga menemukan bahwa foto
secara langsung menilai informasi semantik. Detail tambahan, seperti warna dan
tingkat realisme yang tinggi sesungguhnya tidak begitu penting dalam ingatan.
2.Dwyer (1968), dalam suatu penelitian tentang hubungan antara realitas dan belajar,
memvariasikan jumlah dari detail realistis dalam ilustrasi yang didesain untuk
pembelajaran berprogram. Diasumsikan sebelumnya, bahwa siswa akan berinteraksi
dengan ilustrasi dan interaksi tersebut akan memfasilitasi belajar.
Kemudian Dwyer menemukan bahwa siswa tidak mengetahui bagaimana belajar dari
gambar dan foto-foto; rangkaian ilustrasi visual yang menyampaikan gambaran
abstrak hingga realistis, bukanlah indikator belajar yang lebih baik..
Ia juga menyimpulkan bahwa untuk objek tertentu dan untuk siswa pada tingkatan
tertentu, warna menjadi variabel instruksional yang penting untuk meningkatkan
pencapaian siswa. Umumnya, warna tidaklah penting dalam belajar, kecuali jika
pelajaran tersebut melibatkan pengelan warna.
3.Joseph (1979) melakukan penelitian untuk mengujikan apakah gabungan antara gambar
abstrak dan realistis dengan teks dapat meningkatkan keefektifan pengajaran atau
segmen instruksional.
Ia menyimpulkan bahwa keefektifan dari belajar berbasis visual dapat ditambah
dengan menyertakan gambar realistis dan abstrak, tetapi harus dilandaskan pada
banyak pertimbangan, seperti kemampuan umum dari pebelajar, tujuan belajar, dan
langkah dari proses pembelajaran.
Kemudian Joseph dan Dwyer menarik kesimpulan yang serupa bahwa menyatukan gambar
realistis dan visual akan mengurangi pencapaian yang berbeda antara siswa dengan
kemampuan yang berbeda.
4.Wise (1982) dan beberapa peneliti lain yang meneliti belajar dan tingkat realitas
gambar diam menyimpulkan bahwa gambar garis sederhana lebih baik dibandingkan foto
dalam memfasilitasi interpretasi dari stimuli. Selain itu, elemen lain
mempertinggi tingkat realitas, seperti warna, tidak secara signifikan memperkaya
belajar kecuali jika tujuan belajar membutuhkan elemen-elemen tersebut untuk
dipelajari.

Gambar Diam Dibandingkan Dengan Bentuk Media Lain

Beberapa penelitian telah melaporkan pengujian keefektifan media gambar diam dibandingkan dengan bentuk media lain. Kesemua pengujian ini diadakan dalam berbagai kondisi belajar dan tujuan pembelajaran.
1.Wilkinson (1980) menyebutkan penelitian Kelly pada tahun 1961 yang menguji
penggunaan filmstrip untuk mengajarkan membaca. Ia membandingkan dua kelompok,
yaitu kelompok eksperimental yang belajar dengan menggunakan filmstrip dan
kelompok terkontrol yang belajar dengan menggunakan metode tradisional. Dari
pengujian ini, Kelly menemukan bahwa ketika diuji dengan tes membaca, kelompok
eksperimental tidak lebih baik dalam pengenalan kata dan membaca kalimat daripada
kelompok yang terkontrol.
2.Chance (1960) membandingkan penggunaan transparansi yang digabungkan dengan dosen
dan format pelajaran yang berbentuk diskusi dikelas geometri dengan yang hanya
menggunakan dosen dan format diskusi saja. Ia menemukan kelompok yang menggunakan
transparansi tidak lebih baik dalam ujian akhir daripada kelompok yang menggunakan
dosen dan format diskusi. Chance juga menemukan bahwa penggunaan transparansi
hanya menghemat waktu selama 15 menit dalam setiap pelajaran.
3.Pada tahun 1960an sebuah pendekatan baru mempengaruhi perkembangan dari belajar
mandiri. Para peneliti berusaha keras untuk menemukan metodeuntuk mengembangkan
bahan ajar yang fleksibel dan dapat disajikan dengan berbagai macam cara. Para
peneliti berpendapat bahwa perlu ditemukannya sebuah media yang paling efektif
untuk menyampaikan konsep yang spesifik dalam kondisi apapun (Lumsdaine, 1962).
4.Selanjutnya Wells dan lainnya (1973) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh
dari berbagai media visual dalam mengajarkan konsep visual yang berbeda-beda.
Wells menemukan bahwa gambar bergerak atau film lebih baik daripada foto yang
berkelanjutan dan slide dalam menyampaikan konsep waktu. Ia menyimpulkan bahwa
konsep visual dari waktu dapat disampaikan dengan baik oleh media yang
memperbolehkan penonton untuk merasakan presentasi yang berkelanjutan. Hasil
penelitian juga menyimpulkan bahwa film lebih efektif untuk menyampaikan konsep
yang mengandung gerakan. Slide lebih baik dalam menyampaikan gerakan daripada
gambar diam. Terkahir, penelitian ini juga mengindikasikan bahwa foto
berkelanjutan dan slide terlihat lebih efektif daripada film dalam menyampaikan
konsep yang mengandung ruang.
5.Pada tahun 1966, Otto melakukan studi tindak lanjut untuk menguji perbedaan respon
siswa terhadap informasi yang disampaikan dengan menggunakan gambar hitam putih
dan gambaran verbal dari gambar. Otto menemukan bahwa penyampaian kembali secara
verbal lebih menimbulkan respon sensoris daripada yang gambar hitam putih lakukan
pada informasi yang sama.

1 comment:

Anonymous said...

wuih serem nech, sepi skalli.